Bismillah...
Anda sering menunda-nunda shalat wajib lewat daripada waktu keutamaannya? Dan Anda malas untuk berjamaah di masjid? Jarang membaca al-Qur'an dan tidak bersemangat dalam dakwah Islam? Merasa disorientasi dalam aktivitas sehari-hari dan merasa seolah-olah 24 jam hari ini terbuang dengan percuma?, jika salah satu pertanyaan ini Anda jawab "ya" berarti Anda bisa jadi kemungkinan besar mengidap sindrom futur. Iman itu naik dan turun katanya, mungkin inilah yang menyebabkan seringkali kita mengalami saat-saat dimana kita merasa down, merasa useless dan merasa lesu.
Adakalanya pula kita merasa sangat semangat dan bahagia, dan mampu menyelesaikan semua hal yang perlu diselesaikan. Betul, (pengaruh) keimanan memang naik dan turun, tetapi trend-nya harus dijaga agar tetap naik. Futur adalah penyakit yang memang pasti akan menyerang seseorang yang tingkat keimanannya tinggi, bukan untuk menjatuhkannya, tapi untuk memperkuat dan membawa keimanannya ke level yang lebih tinggi. Kira-kira grafiknya tingkat keimanan seperti ini :
Pertanyaannya adalah, bagaimana jika kita berada dalam keadaan futur, lalu ingin menaikkan tingkat keimanan kita kembali supaya kita menjadi bergairah kembali di dalam keislaman dan dakwah kita? setidaknya ada beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk meningkatkan keimanan kita.
1. Salah satu penyebab dominan futurnya seseorang dalam perjuangan Islam adalah karena dia tidak benar-benar memahami dan menyadari tujuan aktivitasnya. Seseorang yang mengetahui dengan pasti tujuannya dan urgensi daripadanya pasti akan selalu bersemangat dalam meraih apa yang menjadi tujuannya. Berbeda dengan seseorang yang hanya ikut-ikutan tanpa mengetahui jelas tujuan apa yang akan dia wujudkan, maka orang seperti ini pasti akan mudah mengalami futur. Oleh karena itu, kita benar-benar harus menggambarkan dengan jelas apa yang menjadi tujuan aktivitas kita, memahami urgensinya dengan sungguh-sungguh, insya Allah semangat kita pun akan mengalir. Contoh, seorang laki-laki yang telah menikah dan mempunyai anak tidak punya waktu untuk futur dalam bekerja apabila dia sadar dan paham bahwa aktivitas kerja itu adalah yang menjamin istri dan anak-anaknya tetap hidup dan meraih cita-cita mereka. Maka sayangnya dan cintanya kepada anak dan istrinya membawa dia untuk bekerja keras, siang-malam karena dia mengetahui secara pasti tujuan aktivitasnya.
2. Baca al-Qur'an dan as-Sunnah serta terjemahannya, ayat apa saja yang penting kita memahami isinya, bila perlu bukalah tafsirnya. Qalbu yang tidak diisi dengan al-Qur'an laksana rumah yang bobrok, maka bacalah al-Qur'an dan fahami maknanya. Saya pribadi mempunyai ayat-ayat dan hadits yang selalu saya baca manakala saya merasa futur, tidak berarti yang lain tidak penting, tetapi tujuannya adalah mengingatkan kita akan perjuangan kita. Misal, saya selalu membaca surat an-Nuur 55, at-Taubah 111 dan ash-Shaff 10-11.
3. Bacalah sirah nabawiyah ataupun hayatu shahabat dan kisah-kisah para pejuang-pejuang di dalam Islam. Gambarkan dalam benak Anda bagaimana mereka berjuang dengan seluruh harta bahkan nyawa mereka hanya untuk kemuliaan Allah dan rasul-Nya. Setelah membaca, coba kita adakan komunikasi internal dan perenungan qalbu. Cobalah bandingkan pengorbanan mereka dan izzah mereka sebagai seorang muslim. Bahwa mereka menginginkan surga yang sama seperti yang kita inginkan, dan ternyata aktivitas kita tidak dapat dibandingkan dengan aktivitas mereka, padahal keinginannya sama-sama surga.
4. Kunjungi dan mintalah nasehat kepada orang-orang yang Anda anggap mampu untuk memberikan semangat dan nasehat kepada Anda. Ketika saya masih kuliah, dan mengalami futur ataupun disorientasi hidup, maka biasanya saya menelpon atau mengunjungi ustadz-ustadz saya untuk hanya ngobrol barang sesaat dan bercengkerama, menanyakan kabar mereka dan terkadang saya meminta nasehat secara langsung. Jiwa selalu perlu re-charge, kunjungilah dan mintalah nasehat pada mereka yang punya tegangan cukup untuk men-charge Anda. Selain itu kita juga dapat mengunjungi kajian-kajian Islam, training-training, dan acara-acara Islam lainnya yang juga dapat kita manfaatkan untuk meningkatkan lagi keimanan kita.
5. Bila memungkinkan, ambillah waktu sejenak untuk beristirahat dan menenangkan diri. Tidak perlu waktu khusus untuk berlibur ataupun cuti, karena perjuangan Islam tidak mengenal cuti dan libur. Tetapi bisa dengan hal yang sederhana, misalnya dengan melakukan hal yang kita sukai dirumah atau bertafakkur alam. Setelah pikiran kita tenang, maka buatlah resolusi Anda dengan menuliskan apa yang Anda inginkan sebagai perubahan.
6. Bila semua cara diatas tidak membantu. Ada cara terakhir yang bisa dilakukan: Paksakan saja!. Terkadang kita perlu menjerumuskan diri kedalam lubang kebaikan. Tidak ada cara lain yang lebih bagus daripada "paksakan saja", ketika kita sedang futur. Just-do-it, itu kuncinya. Bila sedang malas shalat berjamaah maka paksakan saja, bila malas berdakwah, maka paksakan dengan cara minta amanah untuk dikerjakan. Jerumuskan diri Anda pada tempat yang Anda terpaksa harus berbuat baik. Karena paksaan awalnya memang terkadang perlu sebelum Anda enjoy dengan aktivitas itu.
Pengamatan yang saya lakukan memberikan saya suatu kesimpulan, bahwa seseorang dengan tanggungjawab dan amanah yang semakin besar justru lebih sedikit futurnya daripada seseorang dengan amanah yang sedikit. Jadi jerumuskan diri Anda dalam amanah. Bisa dengan menjadi ketua organisasi, wakil ketua, sekretaris, bendahara, kepala departemen, ataupun apa saja yang akhirnya menuntut kita untuk banyak beraktivitas.
Oleh : Felix Siauw - Islamic Inspirator
little star
Kamis, 11 November 2010
kisah kopi, wortel dan telur inspiratif banget....
Bismillah...
Seorang anak mengeluh pada ayahnya mengenai kehidupannya dan menanyakan mengapa hidup ini terasa begitu berat baginya. Ia tidak tahu bagaimana menghadapinya dan hampir menyerah. Ia sudah lelah untuk berjuang. Sepertinya setiap kali satu masalah selesai, timbul masalah baru.
Ayahnya, seorang koki, membawanya ke dapur. Ia mengisi 3 panci dengan air dan menaruhnya di atas api. Setelah air di panci-panci tersebut mendidih. Ia menaruh wortel di dalam panci pertama, telur di panci kedua dan ia menaruh kopi bubuk di panci terakhir. Ia membiarkannya mendidih tanpa berkata-kata. Si anak membungkam dan menunggu dengan tidak sabar, memikirkan apa yang sedang dikerjakan sang ayah. Setelah 20 menit, sang ayah mematikan api. Ia menyisihkan wortel dan menaruhnya di mangkuk, mengangkat telur dan meletakkannya di mangkuk yang lain, dan menuangkan kopi di mangkuk lainnya.
Lalu ia bertanya kepada anaknya, “Apa yang kau lihat, nak?”
"Wortel, telur, dan kopi” jawab si anak. Ayahnya mengajaknya mendekat dan memintanya merasakan wortel itu. Ia melakukannya dan merasakan bahwa wortel itu terasa lunak. Ayahnya lalu memintanya mengambil telur dan memecahkannya. Setelah membuang kulitnya, ia mendapati sebuah telur rebus yang mengeras.
Terakhir, ayahnya memintanya untuk mencicipi kopi. Ia tersenyum ketika mencicipi kopi dengan aromanya yang khas.
Setelah itu, si anak bertanya, “Apa arti semua ini, Ayah?”
Ayahnya menerangkan bahwa ketiganya telah menghadapi ‘kesulitan’ yang sama, melalui proses perebusan, tetapi masing-masing menunjukkan reaksi yang berbeda.
Wortel sebelum direbus kuat, keras dan sukar dipatahkan. Tetapi setelah direbus, wortel menjadi lembut dan lunak. Telur sebelumnya mudah pecah. Cangkang tipisnya melindungi isinya yang berupa cairan. Tetapi setelah direbus, isinya menjadi keras. Bubuk kopi mengalami perubahan yang unik. Setelah berada di dalam rebusan air, bubuk kopi merubah air tersebut.
“Kamu termasuk yang mana?,” tanya ayahnya. “Ketika kesulitan mendatangimu, bagaimana kau menghadapinya? Apakah kamu wortel, telur atau kopi?” Bagaimana dengan kamu? Apakah kamu adalah wortel yang kelihatannya keras, tapi dengan adanya penderitaan dan kesulitan, kamu menyerah, menjadi lunak dan kehilangan kekuatanmu.”
“Apakah kamu adalah telur, yang awalnya memiliki hati lembut? Dengan jiwa yang dinamis, namun setelah adanya kematian, patah hati, perceraian atau pemecatan maka hatimu menjadi keras dan kaku. Dari luar kelihatan sama, tetapi apakah kamu menjadi pahit dan keras dengan jiwa dan hati yang kaku?.”
“Ataukah kamu adalah bubuk kopi? Bubuk kopi merubah air panas, sesuatu yang menimbulkan kesakitan, untuk mencapai rasanya yang maksimal pada suhu 100 derajat Celcius. Ketika air mencapai suhu terpanas, kopi terasa semakin nikmat.”
“Jika kamu seperti bubuk kopi, ketika keadaan menjadi semakin buruk, kamu akan menjadi semakin baik dan membuat keadaan di sekitarmu juga membaik.”
“Allah tidak akan membebani suatu kaum melainkan sesuai dengan kesanggpannya” (2:286)
Sungguh, sebenarnya setiap ujian yang Allah berikan semata-mata karena kasih sayangNya pada kita sebagai umat yang diciptakan begitu istimewa olehNya, bagi yang hatinya tidak bebal dan mampu melihat segala kebaikan Tuhannya, husnudzan pada Tuhannya, pada segala ketetapnNya.
Sungguh, jika kita mau sedikit merenung, bahwasanya segala hal yang terjadi dalam hidup kita adalah sebuah proses pembelajaran, saya yakin semua sudah tahu akan hal itu. Namun apakah tahu saja cukup? Coba pahami.
Yaa... sebuah pembelajaran untuk mendapatkan banyak hal kebaikan dalam hidup. Segala ujian yang terasa berat dirasakan, segala bentuk amanah yang terasa menyesakkan, bahkan terasa berat di pikul, semata-mata hanya sebuah proses pembentukan pribadi sempurna. Sebuah proses untuk mendapatkan pribadi yang sesuai dengan hakikat penciptaan raga ini, pribadi yang istimewa.
Masalah datang tanpa memilih, kepada yang memohon agar terhindar dari masalah, dan kepada orang yang tak sadar...bahwa perilakunya mengundang masalah.
Masalah adalah rahmat yang tidak kita sukai,
agar kita meninggalkan yang kita sukai tetapi yang tidak baik bagi kita,agar kita menjadikannya batu pijakan menuju kesejahteraan, kebahagiaan, dan kecemerlangan di tempat-tempat yang tinggi.
Mario Teguh
Maka, sahabat, bersyukurlah dengan penat yang kau rasakan, bersyukurlah dengan berat pikulan amanah yang kau tanggung, bersyukurlah dengan tangis yang selalu ingin menyeruak keluar, bersyukurlah dengan hidup yang berjalan monoton, bersyukurlah akan hidup yang telah Allah gariskan, karena yakinlah di balik itu semua Allah telah menyiapkan sejuta kemudahan untuk menjalaninya, bagi yang dapat melihat segala keMahaPemurahan Allah.
“maka nikmat Tuhanmu yang mana lagikah yang akan kau dustakan?”
Wallahualam Bishawab...
sesaat sebelum ke Baleendah
16 september 2010
Balai Pengobatan Baleendah.
Alhamdulillah, diberi kesempatan untuk turun menjadi relawan, kali ini daerah baleendah yang terendam banjir. Hufth... ternyata ribet ya nentuin orang. Ganti personil, masukin si A, ganti si B, rolling sama si C. Hehe. Tapi alhamdulillah beres, mudah-mudahan ini tim terbaik menurutNya.
Ingat? Aku pernah cerita tahun waktu pertama kalinya turun sebagai relawan ke daerah pangalengan yang kena gempa? Ini impianku.
Jujur, aku senang melakukannya. Senang bisa berbagi walau hanya berbagi tenaga (kalau materi mah belum sanggup, hee :P). Senang melihat mereka bisa sedikit tersenyum (setidaknya mereka nggak harus mengutuk terus pemerintah yang lambat memberikan bantuan). Hmm... penasaran, gimana ya daerah banjir? Blum pernah ngeliat langsung daerah yg kena banjir secara langsung (paling banjir2an yang semata kaki doang, heu).
Kata Bang Yan, Bang Linda, ma Edi yang udah survey kemaren, SERUUUU.. bisa maen2 aer (kotor!) pake perahu karet, perahu kayu juga ada. Hihihii.. yaa itung-itung refreshing sih.
Sapa bilang jadi relawan cape? Ada yang bilang jadi relawan itu rugi, nggak dibayar sih.. (mana ada relawan dibayar???) sebenernya, jadi relawan bagiku adalah sesuatu yang luar bisa, membanggakan, sebuah prestasi sendiri. Aku belajar mengasah empatiku, mengasah kepedulian. Dan jauh dari itu dengan kita punya niat untuk berbagi, sebuah kepuasan sendiri ketika berhasil melihat senyum para pengungsi. Dapat menghibur mereka. Aah.. sulit diungapkan. Hehe. Dan itu semua nggak sanggup dibayar pake apapun. Cape iya. Tapi apa masih kerasa cape kalau kepuasan yang tak terbayar itu dapat kita rasakan? Dijamin ketagihan deh.. :P
beberapa hari setelah terjadi Bencana di Merapi dan Mentawai.
Sungguh,, keinginan yang menggebu-gebu untuk bisa berangkat ke dua tempat itu (termasuk Wasior yang lebih dulu..). setiap kali melihat berita di televisi, mirisss.... pengen bisa liat langsung.. pengen bisa menghibur langsung...
sampai ketika Bang Linda nawarin berangkat, berasa bahwa ya Allah,, akhirnya kesempatan itu datang... namun, Allah berkehendak lain. Ayah yang sedang dalam keadaan sakit, dan melihat keadaan Merapi yang semakin tidak stabil, membuat Ayah mencabut izin yang sebelumnya diberikan. hh,,, bukan rezeki.
dan sampai detik ini... keinginan itu masih tertancap kuat. masih kuat. masih akan tetap dipeluk sampai Allah memperkenankan saya berangkat dan dapat berbagi seperti mimpi saya sebelumnya... ^_^
*
Rabu, 27 Oktober 2010
DAUN terbang karena ANGIN bertiup atau.....
"DAUN terbang karena ANGIN bertiup atau karena POHON tidak memintanya untuk tinggal?"
POHON
Orang-orang memanggilku "Pohon" karena Aku sangat baik dalam menggambar pohon. Aku selalu menggunakan gambar pohon pada sisi kanan sebagai trademark pada semua lukisanku. Aku telah berpacaran sebanyak 5 kali, tapi hanya ada satu wanita yang benar-benar sangat kucintai.
Dia tidak cantik, tidak memiliki tubuh seksi. Tapi, dia sangat peduli dengan orang lain. Gayanya yang sederhana dan apa adanya, kemandiriannya, kepandaiannya, dan kekuatannya. Aku menyukainya, sangat!
Satu-satunya alasanku tidak mengajaknya kencan karena, aku merasa dia sangat biasa dan tidak serasi untukku. Aku takut, jika kami bersama, semua perasaan yang indah ini akan hilang. Aku takut kalau gosip-gosip yang ada akan menyakitinya. Karena itu, aku memilihnya untuk hanya menjadi "sahabat". Menjadi sahabatnya, aku akan bisa 'memiliki'nya tiada batasnya. Tidak harus memberikan semuanya hanya untuk dia.
Selama ini dia selalu menemaniku dalam berbagai kesempatan, sebagai sahabat.. Dia tahu aku mengejar gadis-gadis lain. Ketika dia melihatku mencium pacarku yang ke-2, dia hanya tersenyum dengan berwajah merah. "Lanjutkan saja," katanya, setelah itu pergi meninggalkan kami.
Esoknya, matanya bengkak dan merah. Aku sengaja tidak mau memikirkan apa yang menyebabkannya menangis. Aku pun berusaha membuatnya tertawa dengan mengajaknya bercanda sepanjang hari.
Kali lainnya, di sebuah sudut ruang dia menangis. Hampir 1 jam kulihat dia menangis. Aku paham betul apa penyebabnya. Pacarku yang ke-4 tidak menyukainya. Mereka berdua perang dingin. Aku tahu bukan sifatnya untuk memulai perang dingin, tapi Aku masih tetap bersama pacarku. Aku berteriak padanya dan matanya penuh dengan air mata sedih dan kaget. Aku tidak memikirkan perasaannya dan pergi meninggalkannya bersama pacarku.
Esoknya dia masih bisa tertawa dan bercanda denganku seperti tidak ada yang terjadi sebelumnya. Aku tahu dia sangat sedih dan kecewa tapi dia tidak tahu bahwa sakit hatiku sama buruknya dengan dia. Aku juga sedih.
Ketika aku putus dengan pacarku yang kelima, aku mengajaknya pergi. Setelah kencan satu hari itu, aku mengatakan bahwa ada sesuatu yang ingin kukatakan padanya. Dia mengatakan bahwa kebetulan sekali bahwa dia juga ingin mengatakan sesuatu padaku.
Aku bercerita bahwa aku telah memutuskan hubungan dengan pacarku. Sementara, dia berkata bahwa dia sedang memulai suatu hubungan dengan seseorang.
Aku tahu pria itu. Dia sering mengejarnya selama ini. Pria yang baik, penuh energi dan menarik. Aku tak bisa memperlihatkan betapa sakit hatiku. Aku hanya tersenyum dan mengucapkan selamat padanya. Ketika sampai di rumah, sakit hatiku bertambah kuat, dan aku tidak dapat menahannya. Seperti ada batu yang sangat berat di dadaku. Aku tak bisa bernapas dan ingin berteriak. Dan, aku menangis!
Handphoneku bergetar, ada SMS masuk.
"DAUN terbang karena ANGIN bertiup atau karena POHON tidak memintanya untuk tinggal?"
DAUN
Aku suka mengoleksi daun-daun, karena aku merasa bahwa daun membutuhkan banyak kekuatan untuk bisa meninggalkan pohon yang selama ini ditinggali.
Selama ini aku dekat dengan seorang pria, bukan sebagai pacar tapi "sahabat". Ketika dia mempunyai pacar untuk yang pertama kalinya, aku mempelajari sebuah perasaan yang belum pernah kurasakan sebelumnya: cemburu.
Mereka hanya bersama selama 2 bulan. Ketika mereka putus, aku menyembunyikan perasaan yang luar biasa gembiranya. Aku menyukainya dan aku juga tahu bahwa dia juga menyukaiku, tapi mengapa dia tidak pernah mengatakannya?Jika dia mencintaiku, mengapa dia tidak memulainya dahulu untuk melangkah?
Waktu terus berjalan, hatiku semakin sedih dan kecewa. Aku mulai mengira bahwa ini adalah cinta yang bertepuk sebelah tangan. Tapi, mengapa dia memperlakukanku lebih dari sekadar seorang teman?
Menyukai seseorang sangat menyusahkan hati. Aku tahu kesukaannya, kebiasaannya, tapi perasaannya kepadaku tidak pernah bisa kupahami. Kadang aku merasa bodoh, karena aku juga berkeras tidak mau mengungkapkan perasaanku. Selain alasan itu, aku mau tetap di sampingnya, memberinya perhatian, menemani, dan mencintainya. Berharap suatu hari nanti dia akan datang dan mencintaiku.
Seorang pria mengejarku. Setiap hari dia mengejarku tanpa lelah. Segala daya upaya telah dilakukan walau seringkali ada penolakan dariku. Aku mulai berpikir, mungkinkah aku bisa memberikan sebuah ruang kecil di hatiku untuknya?
Dia seperti angin yang hangat dan lembut, mencoba meniup daun untuk terbang dari pohon. Aku tahu Angin akan membawa pergi Daun yang lusuh jauh dan ke tempat yang lebih baik. Meski berat, akhirnya aku meninggalkan Pohon. Tapi Pohon hanya tersenyum dan tidak memintaku untuk tinggal. Aku sangat sedih memandangnya tersenyum ke arahku.
Aku menyukai seorang gadis bernama Daun. Tapi, dia sangat bergantung pada Pohon sehingga aku harus menjadi 'Angin' yang kuat agar bisa meniupnya hingga terbang jauh dari pohon.
Aku selalu memperhatikan Daun duduk sendirian atau bersama teman-temannya, memerhatikan Pohon. Ketika Pohon berbicara dengan gadis-gadis, ada cemburu di matanya. Ketika Pohon melihat ke arah Daun, ada senyum di matanya.Memperhatikannya menjadi kebiasaanku, seperti Daun yang suka melihat Pohon. Satu hari saja tak kulihat dia, aku merasa sangat kehilangan.
Aku melangkah dan tersenyum padanya. Kuambil secarik kertas, kutulisi dan kuberikan padanya. Dia sangat kaget. Dia melihat ke arahku, tersenyum dan menerima kertas dariku. Esoknya, dia datang menghampiriku dan memberikan kembali kertas itu. Hati Daun sangat kuat dan Angin tidak bisa meniupnya pergi. Daun tidak mau meninggalkan Pohon.
Aku kembali menghampirinya dengan kata-kata yang sama. Meski sangat pelan, akhirnya dia mulai membuka dirinya dan menerima kehadiranku. Aku tahu orang yang dia cintai bukan aku, tapi aku akan berusaha agar suatu hari dia menyukaiku. Aku telah mengucapkan kata Cinta tidak kurang dari 20 kali kepadanya. Hampir setiap kali dia mengalihkan pembicaraan, tapi aku tidak menyerah. Keputusanku bulat, aku ingin memilikinya.
Suatu hari, dia bilang bahwa dia memberikan kesempatan untukku. Kuletakkan telpon, melompat, berlari seribu langkah ke rumahnya. Dia membuka pintu bagiku. Kupeluk erat-erat tubuhnya. Akhirnya ak bisa membuat daun meninggalkan pohon dan berjanji akan membawanya terbang melihat dunia.
Wanita Shalihah: Bidadari Surga ^_______^v
Ia mutiara terindah dunia
Bunga terharum sepanjang masa
Ada cahaya di wajahnya
Betapa indah pesonanya
Bidadari bermata jeli pun cemburu padanya
Kelak, ia menjadi bidadari surga
Terindah dari yang ada
Pernahkah kita melihat seorang bidadari? Bidadari yang bermata jeli. Yang kabarnya sangat indah dan jelita..
Inilah percakapan antara Rasulullah sallallahu’alaihi wa sallam dan Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha tentang sifat-sifat bidadari yang bermata jeli.
------
Imam Ath-Thabrany mengisahkan dalam sebuah hadist, dari Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha, dia berkata, “Saya berkata, ‘Wahai Rasulullah, jelaskanlah kepadaku firman Allah tentang bidadari-bidadari yang bermata jeli’.”
Beliau menjawab, “Bidadari yang kulitnya putih, matanya jeli dan lebar, rambutnya berkilai seperti sayap burung nasar.”
Saya berkata lagi, “Jelaskan kepadaku tentang firman Allah, ‘Laksana mutiara yang tersimpan baik’.” (Al-waqi’ah : 23)
Beliau menjawab, “Kebeningannya seperti kebeningan mutiara di kedalaman lautan, tidak pernah tersentuh tangan manusia.”
Saya berkata lagi, “Wahai Rasulullah, jelaskan kepadaku firman Allah, ‘Di dalam surga-surga itu ada bidadari-bidadari yang baik-baik lagi cantik-cantik’.” (Ar-Rahman : 70)
Beliau menjawab, “Akhlaknya baik dan wajahnya cantik jelita”
Saya berkata lagi, Jelaskan kepadaku firman Allah, ‘Seakan-akan mereka adalah telur (burung onta) yang tersimpan dengan baik’.” (Ash-Shaffat : 49)
Beliau menjawab, “Kelembutannya seperti kelembutan kulit yang ada di bagian dalam telur dan terlindung kulit telur bagian luar, atau yang biasa disebut putih telur.”
Saya berkata lagi, “Wahai Rasulullah, jelaskan kepadaku firman Allah, ‘Penuh cinta lagi sebaya umurnya’.” (Al-Waqi’ah : 37)
Beliau menjawab, “Mereka adalah wanita-wanita yang meninggal di dunia pada usia lanjut, dalam keadaan rabun dan beruban. Itulah yang dijadikan Allah tatkala mereka sudah tahu, lalu Dia menjadikan mereka sebagai wanita-wanita gadis, penuh cinta, bergairah, mengasihi dan umurnya sebaya.”
Saya bertanya, “Wahai Rasulullah, manakah yang lebih utama, wanita dunia ataukah bidadari yang bermata jeli?”
Beliau menjawab, “Wanita-wanita dunia lebih utama daripada bidadari-bidadari yang bermata jeli, seperti kelebihan apa yang tampak daripada apa yang tidak tampak.”
Saya bertanya, “Karena apa wanita dunia lebih utama daripada mereka?”
Beliau menjawab, “Karena shalat mereka, puasa dan ibadah mereka kepada Allah. Allah meletakkan cahaya di wajah mereka, tubuh mereka adalah kain sutera, kulitnya putih bersih, pakaiannya berwarna hijau, perhiasannya kekuning-kuningan, sanggulnya mutiara dan sisirnya terbuat dari emas. Mereka berkata, ‘Kami hidup abadi dan tidak mati, kami lemah lembut dan tidak jahat sama sekali, kami selalu mendampingi dan tidak beranjak sama sekali, kami ridha dan tidak pernah bersungut-sungut sama sekali. Berbahagialah orang yang memiliki kami dan kami memilikinya.’.”
Saya berkata, “Wahai Rasulullah, salah seorang wanita di antara kami pernah menikah dengan dua, tiga, atau empat laki-laki lalu meninggal dunia. Dia masuk surga dan mereka pun masuk surga pula. Siapakah di antara laki-laki itu yang akan menjadi suaminya di surga?”
Beliau menjawab, “Wahai Ummu Salamah, wanita itu disuruh memilih, lalu dia pun memilih siapa di antara mereka yang akhlaknya paling bagus, lalu dia berkata, ‘Wahai Rabb-ku, sesungguhnya lelaki inilah yang paling baik akhlaknya tatkala hidup bersamaku di dunia. Maka nikahkanlah aku dengannya’. Wahai Ummu Salamah, akhlak yang baik itu akan pergi membawa dua kebaikan, dunia dan akhirat.”
------
Sungguh indah perkataan Rasulullah sallallahu’alaihi wa sallam yang menggambarkan tentang bidadari bermata jeli. Namun betapa lebih indah lagi dikala beliau mengatakan bahwa wanita dunia yang taat kepada Allah lebih utama dibandingkan seorang bidadari.
Ya, dialah bidadari, saudariku..
Sungguh betapa mulianya seorang muslimah yang kaffah diin islamnya. Mereka yang senantiasa menjaga ibadah dan akhlaknya, senantiasa menjaga keimanan dan ketaqwaannya kepada Allah. Sungguh, betapa indah gambaran Allah kepada wanita shalihah, yang menjaga kehormatan diri dan suaminya. Yang tatkala cobaan dan ujian menimpa, hanya kesabaran dan keikhlasan yang ia tunjukkan. Di saat gemerlap dunia kian dahsyat menerpa, ia tetap teguh mempertahankan keimanannya.
Sebaik-baik perhiasan ialah wanita shalihah. Dan wanita shalihah adalah mereka yang menerapkan islam secara menyeluruh di dalam dirinya, sehingga kelak ia menjadi penyejuk mata bagi orang-orang di sekitarnya. Senantiasa merasakan kebaikan di manapun ia berada..
Subhanallah. Tak ada kemuliaan lain ketika Allah menyebutkan di dalam al-quran surat an-nisa ayat 34, bahwa wanita shalihah adalah yang tunduk kepada Allah dan menaati suaminya, yang sangat menjaga di saat ia tak ada sebagaimana yang diajarkan oleh Allah.
Dan bidadari pun cemburu kepada mereka karena keimanan dan kemuliaannya. Bagaimana caranya agar menjadi wanita shalihah? Tentu saja dengan melakukan apa yang diperintahkan Allah dan menjauhi segala laranganNya. Senantiasa meningkatkan kualitas diri dan menularkannya kepada orang lain. Wanita dunia yang shalihah kelak akan menjadi bidadari-bidadari surga yang begitu indah.
Duhai saudariku muslimah, maukah engkau menjadi wanita yang lebih utama dari bidadari? Allah meletakkan cahaya di atas wajahmu dan memuliakanmu di surga menjadi bidadari-bidadari surga.
Maka, berlajarlah dan tingkatkanlah kualitas dirimu, agar Allah ridha kepadamu..
Bunga terharum sepanjang masa
Ada cahaya di wajahnya
Betapa indah pesonanya
Bidadari bermata jeli pun cemburu padanya
Kelak, ia menjadi bidadari surga
Terindah dari yang ada
Pernahkah kita melihat seorang bidadari? Bidadari yang bermata jeli. Yang kabarnya sangat indah dan jelita..
Inilah percakapan antara Rasulullah sallallahu’alaihi wa sallam dan Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha tentang sifat-sifat bidadari yang bermata jeli.
------
Imam Ath-Thabrany mengisahkan dalam sebuah hadist, dari Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha, dia berkata, “Saya berkata, ‘Wahai Rasulullah, jelaskanlah kepadaku firman Allah tentang bidadari-bidadari yang bermata jeli’.”
Beliau menjawab, “Bidadari yang kulitnya putih, matanya jeli dan lebar, rambutnya berkilai seperti sayap burung nasar.”
Saya berkata lagi, “Jelaskan kepadaku tentang firman Allah, ‘Laksana mutiara yang tersimpan baik’.” (Al-waqi’ah : 23)
Beliau menjawab, “Kebeningannya seperti kebeningan mutiara di kedalaman lautan, tidak pernah tersentuh tangan manusia.”
Saya berkata lagi, “Wahai Rasulullah, jelaskan kepadaku firman Allah, ‘Di dalam surga-surga itu ada bidadari-bidadari yang baik-baik lagi cantik-cantik’.” (Ar-Rahman : 70)
Beliau menjawab, “Akhlaknya baik dan wajahnya cantik jelita”
Saya berkata lagi, Jelaskan kepadaku firman Allah, ‘Seakan-akan mereka adalah telur (burung onta) yang tersimpan dengan baik’.” (Ash-Shaffat : 49)
Beliau menjawab, “Kelembutannya seperti kelembutan kulit yang ada di bagian dalam telur dan terlindung kulit telur bagian luar, atau yang biasa disebut putih telur.”
Saya berkata lagi, “Wahai Rasulullah, jelaskan kepadaku firman Allah, ‘Penuh cinta lagi sebaya umurnya’.” (Al-Waqi’ah : 37)
Beliau menjawab, “Mereka adalah wanita-wanita yang meninggal di dunia pada usia lanjut, dalam keadaan rabun dan beruban. Itulah yang dijadikan Allah tatkala mereka sudah tahu, lalu Dia menjadikan mereka sebagai wanita-wanita gadis, penuh cinta, bergairah, mengasihi dan umurnya sebaya.”
Saya bertanya, “Wahai Rasulullah, manakah yang lebih utama, wanita dunia ataukah bidadari yang bermata jeli?”
Beliau menjawab, “Wanita-wanita dunia lebih utama daripada bidadari-bidadari yang bermata jeli, seperti kelebihan apa yang tampak daripada apa yang tidak tampak.”
Saya bertanya, “Karena apa wanita dunia lebih utama daripada mereka?”
Beliau menjawab, “Karena shalat mereka, puasa dan ibadah mereka kepada Allah. Allah meletakkan cahaya di wajah mereka, tubuh mereka adalah kain sutera, kulitnya putih bersih, pakaiannya berwarna hijau, perhiasannya kekuning-kuningan, sanggulnya mutiara dan sisirnya terbuat dari emas. Mereka berkata, ‘Kami hidup abadi dan tidak mati, kami lemah lembut dan tidak jahat sama sekali, kami selalu mendampingi dan tidak beranjak sama sekali, kami ridha dan tidak pernah bersungut-sungut sama sekali. Berbahagialah orang yang memiliki kami dan kami memilikinya.’.”
Saya berkata, “Wahai Rasulullah, salah seorang wanita di antara kami pernah menikah dengan dua, tiga, atau empat laki-laki lalu meninggal dunia. Dia masuk surga dan mereka pun masuk surga pula. Siapakah di antara laki-laki itu yang akan menjadi suaminya di surga?”
Beliau menjawab, “Wahai Ummu Salamah, wanita itu disuruh memilih, lalu dia pun memilih siapa di antara mereka yang akhlaknya paling bagus, lalu dia berkata, ‘Wahai Rabb-ku, sesungguhnya lelaki inilah yang paling baik akhlaknya tatkala hidup bersamaku di dunia. Maka nikahkanlah aku dengannya’. Wahai Ummu Salamah, akhlak yang baik itu akan pergi membawa dua kebaikan, dunia dan akhirat.”
------
Sungguh indah perkataan Rasulullah sallallahu’alaihi wa sallam yang menggambarkan tentang bidadari bermata jeli. Namun betapa lebih indah lagi dikala beliau mengatakan bahwa wanita dunia yang taat kepada Allah lebih utama dibandingkan seorang bidadari.
Ya, dialah bidadari, saudariku..
Sungguh betapa mulianya seorang muslimah yang kaffah diin islamnya. Mereka yang senantiasa menjaga ibadah dan akhlaknya, senantiasa menjaga keimanan dan ketaqwaannya kepada Allah. Sungguh, betapa indah gambaran Allah kepada wanita shalihah, yang menjaga kehormatan diri dan suaminya. Yang tatkala cobaan dan ujian menimpa, hanya kesabaran dan keikhlasan yang ia tunjukkan. Di saat gemerlap dunia kian dahsyat menerpa, ia tetap teguh mempertahankan keimanannya.
Sebaik-baik perhiasan ialah wanita shalihah. Dan wanita shalihah adalah mereka yang menerapkan islam secara menyeluruh di dalam dirinya, sehingga kelak ia menjadi penyejuk mata bagi orang-orang di sekitarnya. Senantiasa merasakan kebaikan di manapun ia berada..
Subhanallah. Tak ada kemuliaan lain ketika Allah menyebutkan di dalam al-quran surat an-nisa ayat 34, bahwa wanita shalihah adalah yang tunduk kepada Allah dan menaati suaminya, yang sangat menjaga di saat ia tak ada sebagaimana yang diajarkan oleh Allah.
Dan bidadari pun cemburu kepada mereka karena keimanan dan kemuliaannya. Bagaimana caranya agar menjadi wanita shalihah? Tentu saja dengan melakukan apa yang diperintahkan Allah dan menjauhi segala laranganNya. Senantiasa meningkatkan kualitas diri dan menularkannya kepada orang lain. Wanita dunia yang shalihah kelak akan menjadi bidadari-bidadari surga yang begitu indah.
Duhai saudariku muslimah, maukah engkau menjadi wanita yang lebih utama dari bidadari? Allah meletakkan cahaya di atas wajahmu dan memuliakanmu di surga menjadi bidadari-bidadari surga.
Maka, berlajarlah dan tingkatkanlah kualitas dirimu, agar Allah ridha kepadamu..
Selasa, 26 Oktober 2010
Siap Untuk Mencintai apa yg Kita Kerjakan saat ini
bismillah....
salah satu quote dari salah seorang sahabat di suatu hari yang disibukkan dengan hal-hal yang banyaak membuat rungsing, heheheh
pasti udah sering denger kalimat ini kan. yupz... mana yang lebih baik????
kita sebagai manusia pasti pengennya mengerjakan apa yg kita cintai, melakukan apa yg kita sukai. iya kan??? iya kan?? Biar totalitas ngerjainnya, alasannya mah. Tapi nggak bisa dipungkiri kita juga seringkali dihadapkan pada banyak hal yg harus kita kerjakan sedangkan hal-hal tersebut bikin kita jenuh,, bikin kita bete, bikin kita males.
Nah, kalo kata sahabat saya, sebagai seorang muslimah yg baik kita harus mulai membiasakan diri "mencintai apa yg kita kerjakan".
caranya??? JUST DO IT! BISMILLAH....
kalau memang hal itu menjenuhkan, Think Creativ, gimana caranya hal-hal itu nggak lagi bikin kita jenuh. gimana caranya kita buat hal-hal itu tetap menyenangkan untuk kita kerjakan. karena pada dasarnya semua hal yang harus kita kerjakan adalah amanah dari Allah swt. dan jangan lupa niatnya. niatkan hanya karena Allah saja.
siap untuk MENCINTAI apa yg kita KERJAKAN saat ini??
salah satu quote dari salah seorang sahabat di suatu hari yang disibukkan dengan hal-hal yang banyaak membuat rungsing, heheheh
"mengerjakan apa yang kita cintai dan mencintai apa yg kita kerjakan"
pasti udah sering denger kalimat ini kan. yupz... mana yang lebih baik????
kita sebagai manusia pasti pengennya mengerjakan apa yg kita cintai, melakukan apa yg kita sukai. iya kan??? iya kan?? Biar totalitas ngerjainnya, alasannya mah. Tapi nggak bisa dipungkiri kita juga seringkali dihadapkan pada banyak hal yg harus kita kerjakan sedangkan hal-hal tersebut bikin kita jenuh,, bikin kita bete, bikin kita males.
Nah, kalo kata sahabat saya, sebagai seorang muslimah yg baik kita harus mulai membiasakan diri "mencintai apa yg kita kerjakan".
caranya??? JUST DO IT! BISMILLAH....
kalau memang hal itu menjenuhkan, Think Creativ, gimana caranya hal-hal itu nggak lagi bikin kita jenuh. gimana caranya kita buat hal-hal itu tetap menyenangkan untuk kita kerjakan. karena pada dasarnya semua hal yang harus kita kerjakan adalah amanah dari Allah swt. dan jangan lupa niatnya. niatkan hanya karena Allah saja.
siap untuk MENCINTAI apa yg kita KERJAKAN saat ini??
Senin, 11 Oktober 2010
ketika Tuhan Bicara, Ketika Kau Jatuh Cinta
SEKAR : TUHAN, hari ini aku kenalan sama orang.Namanya Ikhwan… orangnya baiiiiiik sekali. Kira-kira, besok aku ketemu lagi ga ya sama dia?
Tuhan hanya diam.
SEKAR : YAA RABB, hari ini aku ngobrol sama Ikhwan. Ternyata dia ramaaaaah banget. Orangnya dewasa lagi… kira-kira, sekarang dia lagi ngapain ya?
Tuhan hanya mendengarkan.
SEKAR : YA ALLAH, hari ini aku ketemu dan ngobrol lagi sama dia. Rasanya senaaaaang sekali. Dia bilang aku baik… dia bilang… dia bilang… duuuh, kenapa sih aku ga bisa berhenti mikirin dia?
SEKAR : Ya Tuhan, dia bilang dia sayang aku. Rasanya aku jatuh cintaaa!
SEKAR : Tuhanku, udah seminggu ini dia ga ngasih kabar. Kenapa ya? Dia udah lupa ya?
SEKAR : Tuhanku, udah sebulan… tapi tetep ga ada kabar. Smsku ga pernah dibales. Surat dariku ga pernah dijawab. Ternyata benar dia udah ga peduli. Ternyata benar dia cuma pura-pura sayang.
Aku sedih ya Tuhan… ternyata aku bodoh sekali. Ternyata… ternyata…
Akhirnya…
Tuhan pun bicara…
Sekar, sebelum tangismu memecah dunia
Sudah kupilihkan untukmu pendamping setia…
Yang kan menjagamu sepanjang waktu
Yang kan memimpinmu untuk menjaga kemuliaan dien-Ku
Maka mengapa engkau rela masuk
Ke dalam labirin cinta yang semu… dan
Mengikrarkan cintamu pada seseorang yang tak kau tahu…
Sekar..., saat kau merasa bahagia
Atas cinta yang kau rasa, saat itu pula
Tak tahukah engkau betapa KU tercabik-cabik,
saat pikiranmu mengawang bersamanya?
Padahal kau tahu aku dekat, lebih dekat
Dari urat lehermu sendiri…
Maka mengapa kau tak peduli?
Sekar, saat kau merasa pijakanmu runtuh
Ketika ia pergi, mengapa kau tak melihat
Bahwa AKU selalu menemani?
Mengapa kau terus menyiksa diri dengan sejuta
Pertanyaan kenapa ia tak kembali…
Sekar yang KUkasihi dan KUsayangi seperti hamba-hambaKU yang lain,
kuberi engkau Orang tua, saudara, dan sahabat
Untuk bisa kau jaga…
Untuk jadi teman tertawa, untuk menebar cinta
Untuk membantumu menghapus lara… tapi mengapa kau
Tak menyibukkan diri memikirkan mereka?
Memikirkan orang-orang yang benar-benar mencintaimu…
Memikirkan mereka yang sayangnya
tak pernah luruh oleh waktu…
Namun Cintaku, jika hati dan seluruh ragamu
Ingin kembali ke cahyaKU…
Maka tak pernah ada kata terlambat untukmu
Dan para malaikat telah mencatat niat tulusmu itu di bukunya…
dan saat itu pula kau kan melihatKu tersenyum bahagia…
Karena apa pun keadaanmu,
Kasih sayangKU tak kan pernah pudar
KepedulianKU tak kan pernah mati
RahmatKU tak kan pernah surut
Hingga bumi mengeluarkan isi perutnya…
Hingga semesta meruntuhkan langit terakhirnya…
Ketahuilah, Cinta_KU… kasih_KU kan selalu ada
Sampai perjalananmu nanti menuju surga.
http://www.facebook.com/notes/renungan-n-kisah-inspiratif/ketika-tuhan-bicara-ketika-kau-jatuh-cinta-allh-/478118791041
Tuhan hanya diam.
SEKAR : YAA RABB, hari ini aku ngobrol sama Ikhwan. Ternyata dia ramaaaaah banget. Orangnya dewasa lagi… kira-kira, sekarang dia lagi ngapain ya?
Tuhan hanya mendengarkan.
SEKAR : YA ALLAH, hari ini aku ketemu dan ngobrol lagi sama dia. Rasanya senaaaaang sekali. Dia bilang aku baik… dia bilang… dia bilang… duuuh, kenapa sih aku ga bisa berhenti mikirin dia?
SEKAR : Ya Tuhan, dia bilang dia sayang aku. Rasanya aku jatuh cintaaa!
SEKAR : Tuhanku, udah seminggu ini dia ga ngasih kabar. Kenapa ya? Dia udah lupa ya?
SEKAR : Tuhanku, udah sebulan… tapi tetep ga ada kabar. Smsku ga pernah dibales. Surat dariku ga pernah dijawab. Ternyata benar dia udah ga peduli. Ternyata benar dia cuma pura-pura sayang.
Aku sedih ya Tuhan… ternyata aku bodoh sekali. Ternyata… ternyata…
Akhirnya…
Tuhan pun bicara…
Sekar, sebelum tangismu memecah dunia
Sudah kupilihkan untukmu pendamping setia…
Yang kan menjagamu sepanjang waktu
Yang kan memimpinmu untuk menjaga kemuliaan dien-Ku
Maka mengapa engkau rela masuk
Ke dalam labirin cinta yang semu… dan
Mengikrarkan cintamu pada seseorang yang tak kau tahu…
Sekar..., saat kau merasa bahagia
Atas cinta yang kau rasa, saat itu pula
Tak tahukah engkau betapa KU tercabik-cabik,
saat pikiranmu mengawang bersamanya?
Padahal kau tahu aku dekat, lebih dekat
Dari urat lehermu sendiri…
Maka mengapa kau tak peduli?
Sekar, saat kau merasa pijakanmu runtuh
Ketika ia pergi, mengapa kau tak melihat
Bahwa AKU selalu menemani?
Mengapa kau terus menyiksa diri dengan sejuta
Pertanyaan kenapa ia tak kembali…
Sekar yang KUkasihi dan KUsayangi seperti hamba-hambaKU yang lain,
kuberi engkau Orang tua, saudara, dan sahabat
Untuk bisa kau jaga…
Untuk jadi teman tertawa, untuk menebar cinta
Untuk membantumu menghapus lara… tapi mengapa kau
Tak menyibukkan diri memikirkan mereka?
Memikirkan orang-orang yang benar-benar mencintaimu…
Memikirkan mereka yang sayangnya
tak pernah luruh oleh waktu…
Namun Cintaku, jika hati dan seluruh ragamu
Ingin kembali ke cahyaKU…
Maka tak pernah ada kata terlambat untukmu
Dan para malaikat telah mencatat niat tulusmu itu di bukunya…
dan saat itu pula kau kan melihatKu tersenyum bahagia…
Karena apa pun keadaanmu,
Kasih sayangKU tak kan pernah pudar
KepedulianKU tak kan pernah mati
RahmatKU tak kan pernah surut
Hingga bumi mengeluarkan isi perutnya…
Hingga semesta meruntuhkan langit terakhirnya…
Ketahuilah, Cinta_KU… kasih_KU kan selalu ada
Sampai perjalananmu nanti menuju surga.
http://www.facebook.com/notes/renungan-n-kisah-inspiratif/ketika-tuhan-bicara-ketika-kau-jatuh-cinta-allh-/478118791041
Jilbab Pertamaku
Kepikiran nulis ini sebenarnya udah lama. Tiap kali ada temen yang nanya, “kapan pake jilbab?” sejak itu pula saya cerita panjang lebar. Dan mulai kepikiran, “ditulis aahhh...” hehehe. Dan ada satu moment di International Heejab Solidarity Day yang mulai kepikiran untuk mulai menyempurnakan apa yang saya kenakan sekarang. Semoga bisa diambil hikmahnya.
Bismillah...
Sedari kecil jilbab bukan sesuatu yang asing bagi saya. Kakak perempuan saya telah memperkenalkan jilbab sejak saya masih kecil. Langsung memperkenalkan jilbab yang menghulur ke dada. Dari kecil saya senang baca, dan sejak kecil pula saya sudah langganan baca majalah Annida dan majalah Ummi punya si teteh. Saya sudah tahu bahwa sebagai perempuan, kita wajib untuk menutup aurat kita. Namun hanya sekedar tahu! Sejak SMP keinginan untuk berjilbab sudah ada. Namun, kembali mengutip kata-kata yang sering diungkapkan sebagian besar wanita: belum siap ah.
Pernah ada kejadian, dan ini cukup sering. Setiap saya pulang sekolah (sewaktu SMP), di belokan sebelum jalan raya banyak anak2 cowok yang nongkrong2 nggak jelas. Dan nyebelinnya mereka selalu ‘suit suit’ gitu, yaa kasarnya ngegodain cewek2 yang lewat termasuk saya. Sungguh saya geram banget. Pengen deh nimpuk tuh orang pake sepatu. Saya kalau digituin seolah2 saya ni telanjang. Maluu banget. Apanya sih yang mereka lihat sampai tega suit suit saya??? *lho...
Sampai akhirnya saya memutuskan nanti SMA saya mau pake kerudung. Hh,, masih pake kata ‘nanti’. Dan begitulah ketika SMA saya mulai mengenakan kerudung. Tapi... masih ada tapinya, sewaktu awal saya memakai kerudung hanya yang penting baju panjang, rambut nggak keliatan (nggak peduli tuh kerudung terawang).Dan karena saya memang tomboi, nggak biasa pake rok sekolah yang panjang dan ‘nyepan’ alhasil ribet tiap kali jalan yang akhirnya membuat saya harus mengangkat rok saya setiap kali jalan. Dan kalau gerah, tuh lengan panjang saya linting sebatas sikut. Hh... *Gara-gara saya sering liat temen2 yang pake krudung juga gitu kok.
Namun Allah Maha Sayang. Allah ngajak saya untuk memperbaiki semuanya perlahan-lahan lewat sebuah perasaan nggak nyaman. Yap. Saya nggak nyaman dengan harus mengangkat rok tiap kali jalan (tapi kalau nggak diangkat jalannya kesandung-sandung). Saya nggak nyaman lengan saya keliatan orang (pake kerudung ko lengannya keliatan). Saya nggak nyaman ngeliat sebagian rambut saya yang masih terlihat di balik kerudung putih yang saya pakai kalau bercermin. Saya nggak nyaman! Dan Allah memberikan pelajarannya lewat teman-teman DKM di sekolah. Allah memberi saya perasaan ‘mupeng’ setiap ngeliat teteh2 DKM yang kerudungnya lebar-lebar. Yang jalannya meski nggak ngangkat rok, tetap nggak kesandung, tapi nggak terkesan lamban juga. Yang meski udara panas, terlihat tetep adem meski lengan bajunya nggak akan pernah dilinting. Rasanya rindu untuk bisa seperti itu.
Yaa.. namanya iman naik turun, saya hanya berikrar dalam hati: suatu hari nanti saya mau juga kaya gitu, ya Allah. Untuk sementara sambil latihan, saya belajar jalan tanpa rok diangkat. Seminggu masih sering lupa. Dua minggu lumayan terbiasa. Tiga minggu, belahan rok kiri-kanan hampir setiap hari robek beberapa senti karena tetap jalan grasa-grusu saya nggak berubah J. Saya belajar pake kerudung double kalau emang kerudungnya terawang. Atau nggak, pake kerudung kain yg nggak terawang ajah biar aman. Awalnya sulit, karena amat sangat tidak terbiasa, tapi pelan-pelan bisa kok. Sambil belajar pelan-pelan saya imbangi juga dengan ikut kajian atau mentoring-mentoring dan ikut DKM. Bukan apa-apa. Setidaknya di komunitas itu ada sahabat yang bisa mengingatkan kala khilaf. Ada sahabat yang menguatkan kala lemah.
Walaupun untuk membiasakan diri pake rok di bukan hari sekolah saja masih susah buat saya yang nggak punya persedian rok banyak, hehehe. Waktu SMA saya ikut PMR yang setiap kali saya latihan mengubah saya jadi agak sedikit macho dengan kaos dan celana PDL (yang sejak saat itu koleksi PDL saya lebih banyak dibandingkan rok dan celana jeans). Bahkan karena jadwal rapat DKM, mentoring dan latihan PMR sering di hari yang sama, biar nggak repot saya langsung pake PDL dari rumah. Jadi nanti tinggal loncat-loncat antara rapat DKM/mentoring dan latihan PMR. Badungnya alias nggak mau diamnya alias nggak kalemnya masih nggak ketulungan.. hehehe.
Saya ingat, dulu ada salah satu teman sekelas yang tanya, “Siti nanti kalau kuliah kerudungnya mau makin panjang kaya si B?” waktu itu masa-masa sibuk ngurusin UAN dan mikir buat kuliah. Hmm... bingung. Saya ingat waktu dulu pernah ingin bisa menjadi seperti beliau. Namun untuk langsung berubah sekaligus pun saya masih ragu. Masih sayang untuk meninggalkan jeans-jeans saya, :P. Sama seperti dulu-dulu, alasannya masih tetap sama. Belum siap euy!
Sampai akhirnya Allah ngasih sebuah rencana yang tak pernah diduga sebelumnya. Saya lulus SPMB di sebuah universitas negeri di Bandung di sebuah fakultas kesehatan yang mewajibkan mahasiswinya mengenakan rok atau celana bahan+kemeja/kaos berkerah di setiap hari kuliahnya. Alias kalau kuliah nggak boleh pake jeans sama kaos T-Shirt yang padahal keduanya jadi penghuni terbesar lemari saya.
Perlahan, karena saya lebih sering aktivitas ‘ngampus’nya dibandingkan mainnya yang artinya lebih sering pake roknya dibanding pake jeansnya, celana kesayangan itu perlahan menipis. Sampai pada akhirnya habis tak berbekas (hobi ibu yang baru, ngasihin jenas-jeans aku yang katanya “kan udah nggak dipake,”). Yang saya pun akhirnya males beli celana jeans karena mikir pasti jarang dipake (kompensasinya saya banyakin rok jeans, hehehe *yang ujung2nya juga suka bingung kalau ada acara formal... J).
Yaa, perlahan tapi pasti Allah menuntun saya. Menguji saya dengan berbagai trend. Menguji saya dengan banyaaak hal kecil namun kembali Allah ajak saya melihat dengan perasaan nggak nyaman saya ketika hal kecil itu saya ikuti. Allah mengajak saya melihat betapa inginnya saya tampil seanggun muslimah lain. Betapa rindunya saya dengan saat ‘siap’ itu. Betapa saya merasa rindu ukhuwah yang berdasarkan cinta padaNya.
Dan saya akhirnya menemukan semua jawaban mengapa begitu lama saya ‘siap’. Justru karena saya tidak meniatkan apa yang saya lakukan ini karena Allah. Saya tidak benar-benar maniatkan ketika berjilbab semata-mata karena Allah. Saya tidak meniatkan ketika ingin bisa sempurna berhijab semata-mata karena Allah. Sampai Allah memberikan penyadaran itu lewat kedua oarang tua saya (yang sekali lagi tanpa pernah saya sadari betapa sering mereka mengulang-ulangnya).
Pernah saya berkata pada suatu kesempatan,” Ayah, doain ya. Tita cepet lulus, cepet dapet kerja, cepet ngehasilin uang, terus Ayah sama Ibu nggak usah pusing lagi mikirin biaya ini itu,” Dan apa jawaban Ayah kala itu.
“Amin. Tapi Ayah mah nggak pengen itu. Belum tentu Ayah bisa nyaksiin Tita sukses dunia. Umur Ayah kan nggak ada yang tahu. Ayah mah cuma pengen anak-anak Ayah jadi anak soleh/sholehah. Udah itu, cuma satu. Amal yang nggak akan pernah putus sampe kita meninggal kan salah satunya anak yg sholeh/sholehah. Cuma itu yang bisa buat Ayah bangga,”
Deg! Sering sekali Ayah bicara seperti itu. Dan baru kali ini saya benar-benar merasa tertampar. Allah langsung menyentil hati saya. Menyentil perasaan saya. Memberikan setitik kesadaran. Dan sejak itu, “Saksikan ya Allah, Atas NamaMu dan KarenaMu, saya ingin menjadi anak sholehah, salah satu putri sholehah kebanggaan ibu dan ayah, semata-mata karena cintaku pada mereka karenaMU.”
Terlalu lama memang penyadaran itu datang. Begitu bebal memang, sehingga baru benar-benar tersentil setelah sekian tahun. Namun itulah caraNya yang begitu amat halus. rencanaNya yang amat begitu rapi, langsung mengajarkan saya sesuatu melalui cara yang amat sangat saya sukai.
“mengenakan jilbab bukan semata-semata menutup kepala dan memakai pakaian serba panjang, namun bagaimana kita mengemas diri kita menjadi berlian seribu karat yang tersimpan dalam kotak kaca yang begitu tebal, agar kesempurnaan kilauannya benar-benar terjaga, agar kesucian kemilaunya tetap terlindungi, semata-mata karena ingin menjadi bidadari-bidadari yang dirindukan surga (insya Allah), semata-mata karena Allah”
Bandung, 10 oktober 2010
Yang masih sedang belajar untuk dicintai Allah ^^
Langganan:
Postingan (Atom)