little star

little star

Rabu, 27 Oktober 2010

DAUN terbang karena ANGIN bertiup atau.....


"DAUN terbang karena ANGIN bertiup atau karena POHON tidak memintanya untuk tinggal?"



POHON

Orang-orang memanggilku "Pohon" karena Aku sangat baik dalam menggambar pohon. Aku selalu menggunakan gambar pohon pada sisi kanan sebagai trademark pada semua lukisanku. Aku telah berpacaran sebanyak 5 kali, tapi hanya ada satu wanita yang benar-benar sangat kucintai.

Dia tidak cantik, tidak memiliki tubuh seksi. Tapi, dia sangat peduli dengan orang lain. Gayanya yang sederhana dan apa adanya, kemandiriannya, kepandaiannya, dan kekuatannya. Aku menyukainya, sangat!

Satu-satunya alasanku tidak mengajaknya kencan karena, aku merasa dia sangat biasa dan tidak serasi untukku. Aku takut, jika kami bersama, semua perasaan yang indah ini akan hilang. Aku takut kalau gosip-gosip yang ada akan menyakitinya. Karena itu, aku memilihnya untuk hanya menjadi "sahabat". Menjadi sahabatnya, aku akan bisa 'memiliki'nya tiada batasnya. Tidak harus memberikan semuanya hanya untuk dia.

Selama ini dia selalu menemaniku dalam berbagai kesempatan, sebagai sahabat.. Dia tahu aku mengejar gadis-gadis lain. Ketika dia melihatku mencium pacarku yang ke-2, dia hanya tersenyum dengan berwajah merah. "Lanjutkan saja," katanya, setelah itu pergi meninggalkan kami.

Esoknya, matanya bengkak dan merah. Aku sengaja tidak mau memikirkan apa yang menyebabkannya menangis. Aku pun berusaha membuatnya tertawa dengan mengajaknya bercanda sepanjang hari.

Kali lainnya, di sebuah sudut ruang dia menangis. Hampir 1 jam kulihat dia menangis. Aku paham betul apa penyebabnya. Pacarku yang ke-4 tidak menyukainya. Mereka berdua perang dingin. Aku tahu bukan sifatnya untuk memulai perang dingin, tapi Aku masih tetap bersama pacarku. Aku berteriak padanya dan matanya penuh dengan air mata sedih dan kaget. Aku tidak memikirkan perasaannya dan pergi meninggalkannya bersama pacarku.

Esoknya dia masih bisa tertawa dan bercanda denganku seperti tidak ada yang terjadi sebelumnya. Aku tahu dia sangat sedih dan kecewa tapi dia tidak tahu bahwa sakit hatiku sama buruknya dengan dia. Aku juga sedih.

Ketika aku putus dengan pacarku yang kelima, aku mengajaknya pergi. Setelah kencan satu hari itu, aku mengatakan bahwa ada sesuatu yang ingin kukatakan padanya. Dia mengatakan bahwa kebetulan sekali bahwa dia juga ingin mengatakan sesuatu padaku.

Aku bercerita bahwa aku telah memutuskan hubungan dengan pacarku. Sementara, dia berkata bahwa dia sedang memulai suatu hubungan dengan seseorang.

Aku tahu pria itu. Dia sering mengejarnya selama ini. Pria yang baik, penuh energi dan menarik. Aku tak bisa memperlihatkan betapa sakit hatiku. Aku hanya tersenyum dan mengucapkan selamat padanya. Ketika sampai di rumah, sakit hatiku bertambah kuat, dan aku tidak dapat menahannya. Seperti ada batu yang sangat berat di dadaku. Aku tak bisa bernapas dan ingin berteriak. Dan, aku menangis!

Handphoneku bergetar, ada SMS masuk.

"DAUN terbang karena ANGIN bertiup atau karena POHON tidak memintanya untuk tinggal?"

DAUN

Aku suka mengoleksi daun-daun, karena aku merasa bahwa daun membutuhkan banyak kekuatan untuk bisa meninggalkan pohon yang selama ini ditinggali.

Selama ini aku dekat dengan seorang pria, bukan sebagai pacar tapi "sahabat". Ketika dia mempunyai pacar untuk yang pertama kalinya, aku mempelajari sebuah perasaan yang belum pernah kurasakan sebelumnya: cemburu.


Mereka hanya bersama selama 2 bulan. Ketika mereka putus, aku menyembunyikan perasaan yang luar biasa gembiranya. Aku menyukainya dan aku juga tahu bahwa dia juga menyukaiku, tapi mengapa dia tidak pernah mengatakannya?Jika dia mencintaiku, mengapa dia tidak memulainya dahulu untuk melangkah?

Waktu terus berjalan, hatiku semakin sedih dan kecewa. Aku mulai mengira bahwa ini adalah cinta yang bertepuk sebelah tangan. Tapi, mengapa dia memperlakukanku lebih dari sekadar seorang teman?

Menyukai seseorang sangat menyusahkan hati. Aku tahu kesukaannya, kebiasaannya, tapi perasaannya kepadaku tidak pernah bisa kupahami. Kadang aku merasa bodoh, karena aku juga berkeras tidak mau mengungkapkan perasaanku. Selain alasan itu, aku mau tetap di sampingnya, memberinya perhatian, menemani, dan mencintainya. Berharap suatu hari nanti dia akan datang dan mencintaiku.

Seorang pria mengejarku. Setiap hari dia mengejarku tanpa lelah. Segala daya upaya telah dilakukan walau seringkali ada penolakan dariku. Aku mulai berpikir, mungkinkah aku bisa memberikan sebuah ruang kecil di hatiku untuknya?

Dia seperti angin yang hangat dan lembut, mencoba meniup daun untuk terbang dari pohon. Aku tahu Angin akan membawa pergi Daun yang lusuh jauh dan ke tempat yang lebih baik. Meski berat, akhirnya aku meninggalkan Pohon. Tapi Pohon hanya tersenyum dan tidak memintaku untuk tinggal. Aku sangat sedih memandangnya tersenyum ke arahku.


 


ANGIN
Aku menyukai seorang gadis bernama Daun. Tapi, dia sangat bergantung pada Pohon sehingga aku harus menjadi 'Angin' yang kuat agar bisa meniupnya hingga terbang jauh dari pohon.

Aku selalu memperhatikan Daun duduk sendirian atau bersama teman-temannya, memerhatikan Pohon. Ketika Pohon berbicara dengan gadis-gadis, ada cemburu di matanya. Ketika Pohon melihat ke arah Daun, ada senyum di matanya.Memperhatikannya menjadi kebiasaanku, seperti Daun yang suka melihat Pohon. Satu hari saja tak kulihat dia, aku merasa sangat kehilangan.


Aku melangkah dan tersenyum padanya. Kuambil secarik kertas, kutulisi dan kuberikan padanya. Dia sangat kaget. Dia melihat ke arahku, tersenyum dan menerima kertas dariku. Esoknya, dia datang menghampiriku dan memberikan kembali kertas itu. Hati Daun sangat kuat dan Angin tidak bisa meniupnya pergi. Daun tidak mau meninggalkan Pohon.

Aku kembali menghampirinya dengan kata-kata yang sama. Meski sangat pelan, akhirnya dia mulai membuka dirinya dan menerima kehadiranku. Aku tahu orang yang dia cintai bukan aku, tapi aku akan berusaha agar suatu hari dia menyukaiku. Aku telah mengucapkan kata Cinta tidak kurang dari 20 kali kepadanya. Hampir setiap kali dia mengalihkan pembicaraan, tapi aku tidak menyerah. Keputusanku bulat, aku ingin memilikinya.

Suatu hari, dia bilang bahwa dia memberikan kesempatan untukku. Kuletakkan telpon, melompat, berlari seribu langkah ke rumahnya. Dia membuka pintu bagiku. Kupeluk erat-erat tubuhnya. Akhirnya ak bisa membuat daun meninggalkan pohon dan berjanji akan membawanya terbang melihat dunia.

Wanita Shalihah: Bidadari Surga ^_______^v

Ia mutiara terindah dunia
Bunga terharum sepanjang masa
Ada cahaya di wajahnya
Betapa indah pesonanya
Bidadari bermata jeli pun cemburu padanya
Kelak, ia menjadi bidadari surga
Terindah dari yang ada

Pernahkah kita melihat seorang bidadari? Bidadari yang bermata jeli. Yang kabarnya sangat indah dan jelita..

Inilah percakapan antara Rasulullah sallallahu’alaihi wa sallam dan Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha tentang sifat-sifat bidadari yang bermata jeli.
------
Imam Ath-Thabrany mengisahkan dalam sebuah hadist, dari Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha, dia berkata, “Saya berkata, ‘Wahai Rasulullah, jelaskanlah kepadaku firman Allah tentang bidadari-bidadari yang bermata jeli’.”

Beliau menjawab, “Bidadari yang kulitnya putih, matanya jeli dan lebar, rambutnya berkilai seperti sayap burung nasar.”

Saya berkata lagi, “Jelaskan kepadaku tentang firman Allah, ‘Laksana mutiara yang tersimpan baik’.” (Al-waqi’ah : 23)

Beliau menjawab, “Kebeningannya seperti kebeningan mutiara di kedalaman lautan, tidak pernah tersentuh tangan manusia.”
Saya berkata lagi, “Wahai Rasulullah, jelaskan kepadaku firman Allah, ‘Di dalam surga-surga itu ada bidadari-bidadari yang baik-baik lagi cantik-cantik’.” (Ar-Rahman : 70)

Beliau menjawab, “Akhlaknya baik dan wajahnya cantik jelita”

Saya berkata lagi, Jelaskan kepadaku firman Allah, ‘Seakan-akan mereka adalah telur (burung onta) yang tersimpan dengan baik’.” (Ash-Shaffat : 49)

Beliau menjawab, “Kelembutannya seperti kelembutan kulit yang ada di bagian dalam telur dan terlindung kulit telur bagian luar, atau yang biasa disebut putih telur.”

Saya berkata lagi, “Wahai Rasulullah, jelaskan kepadaku firman Allah, ‘Penuh cinta lagi sebaya umurnya’.” (Al-Waqi’ah : 37)

Beliau menjawab, “Mereka adalah wanita-wanita yang meninggal di dunia pada usia lanjut, dalam keadaan rabun dan beruban. Itulah yang dijadikan Allah tatkala mereka sudah tahu, lalu Dia menjadikan mereka sebagai wanita-wanita gadis, penuh cinta, bergairah, mengasihi dan umurnya sebaya.”

Saya bertanya, “Wahai Rasulullah, manakah yang lebih utama, wanita dunia ataukah bidadari yang bermata jeli?”

Beliau menjawab, “Wanita-wanita dunia lebih utama daripada bidadari-bidadari yang bermata jeli, seperti kelebihan apa yang tampak daripada apa yang tidak tampak.”

Saya bertanya, “Karena apa wanita dunia lebih utama daripada mereka?”

Beliau menjawab, “Karena shalat mereka, puasa dan ibadah mereka kepada Allah. Allah meletakkan cahaya di wajah mereka, tubuh mereka adalah kain sutera, kulitnya putih bersih, pakaiannya berwarna hijau, perhiasannya kekuning-kuningan, sanggulnya mutiara dan sisirnya terbuat dari emas. Mereka berkata, ‘Kami hidup abadi dan tidak mati, kami lemah lembut dan tidak jahat sama sekali, kami selalu mendampingi dan tidak beranjak sama sekali, kami ridha dan tidak pernah bersungut-sungut sama sekali. Berbahagialah orang yang memiliki kami dan kami memilikinya.’.”

Saya berkata, “Wahai Rasulullah, salah seorang wanita di antara kami pernah menikah dengan dua, tiga, atau empat laki-laki lalu meninggal dunia. Dia masuk surga dan mereka pun masuk surga pula. Siapakah di antara laki-laki itu yang akan menjadi suaminya di surga?”

Beliau menjawab, “Wahai Ummu Salamah, wanita itu disuruh memilih, lalu dia pun memilih siapa di antara mereka yang akhlaknya paling bagus, lalu dia berkata, ‘Wahai Rabb-ku, sesungguhnya lelaki inilah yang paling baik akhlaknya tatkala hidup bersamaku di dunia. Maka nikahkanlah aku dengannya’. Wahai Ummu Salamah, akhlak yang baik itu akan pergi membawa dua kebaikan, dunia dan akhirat.”
------

Sungguh indah perkataan Rasulullah sallallahu’alaihi wa sallam yang menggambarkan tentang bidadari bermata jeli. Namun betapa lebih indah lagi dikala beliau mengatakan bahwa wanita dunia yang taat kepada Allah lebih utama dibandingkan seorang bidadari.
Ya, dialah bidadari, saudariku..

Sungguh betapa mulianya seorang muslimah yang kaffah diin islamnya. Mereka yang senantiasa menjaga ibadah dan akhlaknya, senantiasa menjaga keimanan dan ketaqwaannya kepada Allah. Sungguh, betapa indah gambaran Allah kepada wanita shalihah, yang menjaga kehormatan diri dan suaminya. Yang tatkala cobaan dan ujian menimpa, hanya kesabaran dan keikhlasan yang ia tunjukkan. Di saat gemerlap dunia kian dahsyat menerpa, ia tetap teguh mempertahankan keimanannya.

Sebaik-baik perhiasan ialah wanita shalihah. Dan wanita shalihah adalah mereka yang menerapkan islam secara menyeluruh di dalam dirinya, sehingga kelak ia menjadi penyejuk mata bagi orang-orang di sekitarnya. Senantiasa merasakan kebaikan di manapun ia berada..

Subhanallah. Tak ada kemuliaan lain ketika Allah menyebutkan di dalam al-quran surat an-nisa ayat 34, bahwa wanita shalihah adalah yang tunduk kepada Allah dan menaati suaminya, yang sangat menjaga di saat ia tak ada sebagaimana yang diajarkan oleh Allah.

Dan bidadari pun cemburu kepada mereka karena keimanan dan kemuliaannya. Bagaimana caranya agar menjadi wanita shalihah? Tentu saja dengan melakukan apa yang diperintahkan Allah dan menjauhi segala laranganNya. Senantiasa meningkatkan kualitas diri dan menularkannya kepada orang lain. Wanita dunia yang shalihah kelak akan menjadi bidadari-bidadari surga yang begitu indah.

Duhai saudariku muslimah, maukah engkau menjadi wanita yang lebih utama dari bidadari? Allah meletakkan cahaya di atas wajahmu dan memuliakanmu di surga menjadi bidadari-bidadari surga.
Maka, berlajarlah dan tingkatkanlah kualitas dirimu, agar Allah ridha kepadamu..

Selasa, 26 Oktober 2010

Siap Untuk Mencintai apa yg Kita Kerjakan saat ini

bismillah....

salah satu quote dari salah seorang sahabat di suatu hari yang disibukkan dengan hal-hal yang banyaak membuat rungsing, heheheh

"mengerjakan apa yang kita cintai dan mencintai apa yg kita kerjakan"

 pasti udah sering denger kalimat ini kan. yupz... mana yang lebih baik????

kita sebagai manusia pasti pengennya mengerjakan apa yg kita cintai, melakukan apa yg kita sukai. iya kan??? iya kan?? Biar totalitas ngerjainnya, alasannya mah. Tapi nggak bisa dipungkiri kita juga seringkali dihadapkan pada banyak  hal yg harus kita kerjakan sedangkan hal-hal tersebut bikin kita jenuh,, bikin kita bete, bikin kita males.
Nah, kalo kata sahabat saya, sebagai seorang muslimah yg baik kita harus mulai membiasakan diri "mencintai apa yg kita kerjakan".

caranya??? JUST DO IT! BISMILLAH....

kalau memang hal itu menjenuhkan, Think Creativ, gimana caranya hal-hal itu nggak lagi bikin kita jenuh. gimana caranya kita buat hal-hal itu tetap menyenangkan untuk kita kerjakan. karena pada dasarnya semua hal yang harus kita kerjakan adalah amanah dari Allah swt. dan jangan lupa niatnya. niatkan hanya karena Allah saja.

siap untuk MENCINTAI apa yg kita KERJAKAN saat ini??

Senin, 11 Oktober 2010

ketika Tuhan Bicara, Ketika Kau Jatuh Cinta

SEKAR     : TUHAN, hari ini aku kenalan sama orang.Namanya Ikhwan…    orangnya baiiiiiik sekali. Kira-kira, besok aku ketemu lagi ga ya sama dia?
Tuhan hanya diam.
SEKAR  : YAA RABB, hari ini aku ngobrol sama Ikhwan. Ternyata dia ramaaaaah banget. Orangnya dewasa lagi… kira-kira, sekarang dia lagi ngapain ya?
Tuhan hanya mendengarkan.
SEKAR  : YA ALLAH, hari ini aku ketemu dan ngobrol lagi sama dia. Rasanya senaaaaang sekali. Dia bilang aku baik… dia bilang… dia bilang… duuuh, kenapa sih aku ga bisa berhenti mikirin dia?
SEKAR   : Ya Tuhan, dia bilang dia sayang aku. Rasanya aku jatuh cintaaa!
SEKAR  : Tuhanku, udah seminggu ini dia ga ngasih kabar. Kenapa ya? Dia udah lupa ya?
SEKAR   : Tuhanku, udah sebulan… tapi tetep ga ada kabar. Smsku ga pernah dibales. Surat dariku ga pernah dijawab. Ternyata benar dia udah ga peduli. Ternyata benar dia cuma pura-pura sayang.
Aku sedih ya Tuhan… ternyata aku bodoh sekali. Ternyata… ternyata…

Akhirnya…

Tuhan pun bicara…

Sekar, sebelum tangismu memecah dunia
Sudah kupilihkan untukmu pendamping setia…
Yang kan menjagamu sepanjang waktu
Yang kan memimpinmu untuk menjaga kemuliaan dien-Ku
Maka mengapa engkau rela masuk
Ke dalam labirin cinta yang semu… dan
Mengikrarkan cintamu pada seseorang yang tak kau tahu…
        Sekar..., saat kau merasa bahagia
         Atas cinta yang kau rasa, saat itu pula
         Tak tahukah engkau betapa KU tercabik-cabik,
         saat pikiranmu mengawang bersamanya?
         Padahal kau tahu aku dekat, lebih dekat
         Dari urat lehermu sendiri…
         Maka mengapa kau tak peduli?
Sekar, saat kau merasa pijakanmu runtuh
Ketika ia pergi, mengapa kau tak melihat
Bahwa AKU selalu menemani?
Mengapa kau terus menyiksa diri dengan sejuta
Pertanyaan kenapa ia tak kembali…
         Sekar yang KUkasihi dan KUsayangi seperti hamba-hambaKU yang lain,
         kuberi engkau  Orang tua, saudara, dan sahabat
          Untuk bisa kau jaga…
          Untuk jadi teman tertawa, untuk menebar cinta
          Untuk membantumu menghapus lara… tapi mengapa kau
          Tak menyibukkan diri memikirkan mereka?
          Memikirkan orang-orang yang benar-benar mencintaimu…
          Memikirkan mereka yang sayangnya
          tak pernah luruh oleh waktu…
Namun Cintaku, jika hati dan seluruh ragamu
Ingin kembali ke cahyaKU…
Maka tak pernah ada kata terlambat untukmu
Dan para malaikat telah mencatat niat tulusmu itu di bukunya…
dan saat itu pula kau kan melihatKu tersenyum bahagia…
          Karena apa pun keadaanmu,
          Kasih sayangKU tak kan pernah pudar
          KepedulianKU tak kan pernah mati
          RahmatKU tak kan pernah surut
          Hingga bumi mengeluarkan isi perutnya…
          Hingga semesta meruntuhkan langit terakhirnya…
          Ketahuilah, Cinta_KU… kasih_KU kan selalu ada
          Sampai perjalananmu nanti menuju surga.

http://www.facebook.com/notes/renungan-n-kisah-inspiratif/ketika-tuhan-bicara-ketika-kau-jatuh-cinta-allh-/478118791041

Jilbab Pertamaku


Kepikiran nulis ini sebenarnya udah lama. Tiap kali ada temen yang nanya, “kapan pake jilbab?” sejak itu pula saya cerita panjang lebar. Dan mulai kepikiran, “ditulis aahhh...” hehehe. Dan ada satu moment di International Heejab Solidarity Day yang mulai kepikiran untuk mulai menyempurnakan apa yang saya kenakan sekarang. Semoga bisa diambil hikmahnya.
Bismillah...
Sedari kecil jilbab bukan sesuatu yang asing bagi saya. Kakak perempuan saya telah memperkenalkan jilbab sejak saya masih kecil. Langsung memperkenalkan jilbab yang menghulur ke dada. Dari kecil saya senang baca, dan sejak kecil pula saya sudah langganan baca majalah Annida dan majalah Ummi punya si teteh. Saya sudah tahu bahwa sebagai perempuan, kita wajib untuk menutup aurat kita. Namun hanya sekedar tahu! Sejak SMP keinginan untuk berjilbab sudah ada. Namun, kembali mengutip kata-kata yang sering diungkapkan sebagian besar wanita: belum siap ah. 
Pernah ada kejadian, dan ini cukup sering. Setiap saya pulang sekolah (sewaktu SMP), di belokan sebelum jalan raya banyak anak2 cowok yang nongkrong2 nggak jelas. Dan nyebelinnya mereka selalu ‘suit suit’ gitu, yaa kasarnya ngegodain cewek2 yang lewat termasuk saya. Sungguh saya geram banget. Pengen deh nimpuk tuh orang pake sepatu. Saya kalau digituin seolah2 saya ni telanjang. Maluu banget. Apanya sih yang mereka lihat sampai tega suit suit saya??? *lho...
Sampai akhirnya saya memutuskan nanti SMA saya mau pake kerudung.  Hh,, masih pake kata ‘nanti’. Dan begitulah ketika SMA saya mulai mengenakan kerudung. Tapi... masih ada tapinya, sewaktu awal saya memakai kerudung hanya yang penting baju panjang, rambut nggak keliatan (nggak peduli tuh kerudung terawang).Dan karena saya memang tomboi, nggak biasa pake rok sekolah yang panjang dan ‘nyepan’ alhasil ribet tiap kali jalan yang akhirnya membuat saya harus mengangkat rok saya setiap kali jalan. Dan kalau gerah, tuh lengan panjang saya linting sebatas sikut. Hh... *Gara-gara saya sering liat temen2 yang pake krudung juga gitu kok.
Namun Allah Maha Sayang. Allah ngajak saya untuk memperbaiki semuanya perlahan-lahan lewat sebuah perasaan nggak nyaman. Yap. Saya nggak nyaman dengan harus mengangkat rok tiap kali jalan (tapi kalau nggak diangkat jalannya kesandung-sandung). Saya nggak nyaman lengan saya keliatan orang (pake kerudung ko lengannya keliatan). Saya nggak nyaman ngeliat sebagian rambut saya yang masih terlihat di balik kerudung putih yang saya pakai kalau bercermin. Saya nggak nyaman! Dan Allah memberikan pelajarannya lewat teman-teman DKM di sekolah. Allah memberi saya perasaan ‘mupeng’ setiap ngeliat teteh2 DKM yang kerudungnya lebar-lebar. Yang jalannya meski nggak ngangkat rok, tetap nggak kesandung, tapi nggak terkesan lamban juga. Yang meski udara panas, terlihat tetep adem meski lengan bajunya nggak akan pernah dilinting. Rasanya rindu untuk bisa seperti itu.
Yaa.. namanya iman naik turun, saya hanya berikrar dalam hati: suatu hari nanti saya mau juga kaya gitu, ya Allah. Untuk sementara sambil latihan, saya belajar jalan tanpa rok diangkat. Seminggu masih sering lupa. Dua minggu lumayan terbiasa. Tiga minggu, belahan rok kiri-kanan hampir setiap hari robek beberapa senti karena tetap jalan grasa-grusu saya nggak berubah J. Saya belajar pake kerudung double kalau emang kerudungnya terawang. Atau nggak, pake kerudung kain yg nggak terawang ajah biar aman. Awalnya sulit, karena amat sangat tidak terbiasa, tapi pelan-pelan bisa kok.  Sambil belajar pelan-pelan saya imbangi juga dengan ikut kajian atau mentoring-mentoring dan ikut DKM. Bukan apa-apa. Setidaknya di komunitas itu ada sahabat yang bisa mengingatkan kala khilaf. Ada sahabat yang menguatkan kala lemah.
Walaupun untuk membiasakan diri pake rok di bukan hari sekolah saja masih susah buat saya yang nggak punya persedian rok banyak, hehehe. Waktu SMA saya ikut PMR yang setiap kali saya latihan mengubah saya jadi agak sedikit macho dengan kaos dan celana PDL (yang sejak saat itu koleksi PDL saya lebih banyak dibandingkan rok dan celana jeans). Bahkan karena jadwal rapat DKM, mentoring dan latihan PMR sering di hari yang sama, biar nggak repot saya langsung pake PDL dari rumah. Jadi nanti tinggal loncat-loncat antara rapat DKM/mentoring dan latihan PMR. Badungnya alias nggak mau diamnya alias nggak kalemnya masih nggak ketulungan.. hehehe.
Saya ingat, dulu ada salah satu teman sekelas yang tanya, “Siti nanti kalau kuliah kerudungnya mau makin panjang kaya si B?” waktu itu masa-masa sibuk ngurusin UAN dan mikir buat kuliah. Hmm... bingung. Saya ingat waktu dulu pernah ingin bisa menjadi seperti beliau. Namun untuk langsung berubah sekaligus pun saya masih ragu. Masih sayang untuk meninggalkan jeans-jeans saya, :P. Sama seperti dulu-dulu, alasannya masih tetap sama. Belum siap euy!
Sampai akhirnya Allah ngasih sebuah rencana yang tak pernah diduga sebelumnya. Saya lulus SPMB di sebuah universitas negeri di Bandung di sebuah fakultas kesehatan yang mewajibkan mahasiswinya mengenakan rok atau celana bahan+kemeja/kaos berkerah di setiap hari kuliahnya. Alias kalau kuliah nggak boleh pake jeans sama kaos T-Shirt yang padahal keduanya jadi penghuni terbesar lemari saya.
Perlahan, karena saya lebih sering aktivitas ‘ngampus’nya dibandingkan mainnya yang artinya lebih sering pake roknya dibanding pake jeansnya, celana kesayangan itu perlahan menipis. Sampai pada akhirnya habis tak berbekas (hobi ibu yang baru, ngasihin jenas-jeans aku yang katanya “kan udah nggak dipake,”). Yang saya pun akhirnya males beli celana jeans karena mikir pasti jarang dipake (kompensasinya saya banyakin rok jeans, hehehe *yang ujung2nya juga suka bingung kalau ada acara formal... J).
Yaa, perlahan tapi pasti Allah menuntun saya. Menguji saya dengan berbagai trend. Menguji saya dengan banyaaak hal kecil namun kembali Allah ajak saya melihat dengan perasaan nggak nyaman saya ketika hal kecil itu saya ikuti. Allah mengajak saya melihat betapa inginnya saya tampil seanggun muslimah lain. Betapa rindunya saya dengan saat ‘siap’ itu. Betapa saya merasa rindu ukhuwah yang berdasarkan cinta padaNya.
Dan saya akhirnya menemukan semua jawaban mengapa begitu lama saya ‘siap’. Justru karena saya tidak meniatkan apa yang saya lakukan ini karena Allah. Saya tidak benar-benar maniatkan ketika berjilbab semata-mata karena Allah. Saya tidak meniatkan ketika ingin bisa sempurna berhijab semata-mata karena Allah. Sampai Allah memberikan penyadaran itu lewat kedua oarang tua saya (yang sekali lagi tanpa pernah saya sadari betapa sering mereka mengulang-ulangnya).
Pernah saya berkata pada suatu kesempatan,” Ayah, doain ya. Tita cepet lulus, cepet dapet kerja, cepet ngehasilin uang, terus Ayah sama Ibu nggak usah pusing lagi mikirin biaya ini itu,” Dan apa jawaban Ayah kala itu.
“Amin. Tapi Ayah mah nggak pengen itu. Belum tentu Ayah bisa nyaksiin Tita sukses dunia. Umur Ayah kan nggak ada yang tahu. Ayah mah cuma pengen anak-anak Ayah jadi anak soleh/sholehah. Udah itu, cuma satu. Amal yang nggak akan pernah putus sampe kita meninggal kan salah satunya anak yg sholeh/sholehah. Cuma itu yang bisa buat Ayah bangga,”
Deg! Sering sekali Ayah bicara seperti itu. Dan baru kali ini saya benar-benar  merasa tertampar. Allah langsung menyentil hati saya. Menyentil perasaan saya. Memberikan setitik kesadaran. Dan sejak itu, “Saksikan ya Allah, Atas NamaMu dan KarenaMu, saya ingin menjadi anak sholehah, salah satu putri sholehah kebanggaan ibu dan ayah, semata-mata karena cintaku pada mereka karenaMU.”
Terlalu lama memang penyadaran itu datang. Begitu bebal memang, sehingga baru benar-benar tersentil setelah sekian tahun. Namun itulah caraNya yang begitu amat halus. rencanaNya yang amat begitu rapi, langsung mengajarkan saya sesuatu melalui cara yang amat sangat saya sukai.

“mengenakan jilbab bukan semata-semata menutup kepala dan memakai pakaian serba panjang, namun  bagaimana kita mengemas diri kita menjadi berlian seribu karat yang tersimpan dalam kotak kaca yang begitu tebal, agar kesempurnaan kilauannya benar-benar terjaga, agar kesucian kemilaunya tetap terlindungi, semata-mata karena ingin menjadi bidadari-bidadari yang dirindukan surga (insya Allah), semata-mata karena Allah”

Bandung, 10 oktober 2010
Yang masih sedang belajar untuk dicintai Allah ^^

Dua Pemahat

Sebuah kisah sederhana yang diambil dari sebuah novel ‘Tere Liye: Rembulan Tenggelam di Wajahmu’. Semoga bermanfaat.
Bismillah....

 Dulu pernah hidup dua pemahat hebat. Mereka terkenal hingga diundang raja berlomba di istananya. Mereka diberikan sebuah ruangan besar dengan tembok-tembok batu bersebrangan. Persis di tengah ruangan dibentangkan tirai kain. Sempurna membatasi, memisahkan sehingga pemahat yang satu tidak bisa melihat yang lain. Mereka diberikan waktu seminggu untuk membuat pahatan yangn paling indah yang bisa mereka lakukan di tembok batu masing-masing.

Pemahat pertama memutuskan menggunakan seluhur pahat, alat-alat dan berbagai peralatan lainnya yang bisa dipergunakan untuk membuat pahatan indah di tembok batunya. Dia juga cat-cat warna, hiasan-hiasan, dan segalanya. Orang itu memahat berhari-hari, tidak mengenal lelah, hingga akhirnya menghasilkan sebuah pahatan yanng luar biasa indah. Siapapun yang melihatnya sungguh tak akan bisa membantah betapa indahnya pahatan itu.

Tirai kemudian dibuka, tercenganglah pemahat pertama. Meski dia sudah bekerja keras siang-malam, persis di hadapannya, pemahat kedua ternyata juga berhasil memahat dinding lebih indah darinya. Berkilau indah. Berdesir si pemahat pertama. Berseru kepada Raja, dia akan menambah elok pahatannya. Berikan dia waktu. Dia akan mengalahkan pemahat yang kedua. Maka tirai ditutup lagi. Tanpa henti pemahat pertama mempercantik dinding bagiannya berhari-hari. Hingga dia merasa saingannya tidak akan bisa membuat yang lebih indah dibandingkan miliknya.
Tirai dibuka untuk kedua kalinya. Apa yang dilihat pemahat pertama? Sungguh dia terkesiap. Ternganga. Dinding di seberangnya lebih elok memesona. Dia berdesir tidak puas. Berteriak meminta waktu tambahan lagi. Begitu saja seterusnya, hingga berkali-kali. Pemahat pertama terus meminta waktu tambahan, dan dia selalu saja merasa dinding batu miliknya kalah indah dibanding pemahat kedua.

Tahukah? Pemahat kedua sejatinya tidak melakukan apapun terhadap dinding batunya. Dia hanya menghaluskan dinding itu secemerlang mungkin, membuat dinding itu berkilau bagai cermin. Hanya itu. Sehingga setiap tirai dibuka, dia sempurna hanya memantulkan hasil pahatan pemahat pertama.
...

Itulah beda antara orang-orang yang keterlaluan mencintai dunia dengan orang yang bijak menyikapi hidupnya. Orang-orang yang terus merasa hidupnya kurang maka ia tidak berbada dengan pemahat pertama, tidak akan pernah merasa puas. Tapi orang-orang yang bijak, orang-orang yang berhasil menghaluskan hatinya secemerlang mungkin, membuat hatinya bagi cermin, maka dia bisa merasakan melebihi orang-orang terkaya sekali pun.

begitulah hidup. bgaimanapun skenarionya, manusia terkadang selalu ingin skenario itu menurut dirinya saja. kenapa  selalu diberi ujian tanpa henti? kenapa orang berkecukupan selalu diberi kemudahan di setiap usahanya? kenapa orang kaya selalu dimuluskan jalannya? dan banyak kata 'kenapa' lainnya.
ketahuilah, semua itu terjawab ketika kita selalu merasa cukup dengan semua skenario Tuhan. karena hidup adalah sebuah perjalanan 'sebab-akibat'.

Kuncinya *MERASA CUKUP-IKHLAS-SENANTIASA BERSYUKUR

-semoga bermanfaat-


Kamis, 07 Oktober 2010

lagi apa??


“Lagi apa?”

Salah satu sms dari seorang temanku beberapa saat yang lalu. Aku baru saja sampai, dan langsung melemparkan diri ke tempat tidur yang dibereskan sekenanya tadi pagi.

Sedang apa:
Sedang melepaskan penat sejenak
Sedang mencoba mengusir lelah
Yang seharian menggelayuti tubuh ini
Menatap langit-langit kamar
Hanya ada hening....
Mencoba menerka, kira-kira bintangku malam ini bersinar di langit mana?
Mencoba mencarinya..
Juga mencoba mencari semangat  yang hampir menguap

Semangatmu tidak pernah hilang
Ia tetap ada, dan selalu ada
Di sini, di dalam dirimu!

Aahh... saat itu Saat kau ucapkan kata-kata itu Aku lupa, sungguh aku tak akan ingat kapan kau bicara seperti itu padaku Saat aku benar-benar kehilangan harapanku, saat benar-benar tak punya lagi semangat Dan sampai detik ini, tanpa aku sadari semangat dalam dirikulah yang membentukku
Aah, terlalu rumit bagiku untuk mengurainya

Aku tak punya apa-apa selain Mimpi dan semangat. Bagaimana denganmu?

Aku pun sama.

Hhh...
Kangen dirimu Sahabat. Apa kabarmu sekarang?

Mataku terpejam, tenang....

*untuk seorang sahabat, yang tanpa pernah saya dan mungkin dia sadari, saya menjadi seperti saat ini. Terimakasih Allah.